Senin, 16 Desember 2019

Nanti ada waktunya kita menang dari rindu

"Rasanya kayak mau mati nahan rindu"

Kamu tertawa mananggapi ucapanku, kayak anak kecil banget sih, cuma gimana aku bisa gila kalo rindu banget gini tapi jarak terlalu jauh membatasi.

"Sabar dikitlah sayang tinggal berapa bulan lagi, kita udah lewatin tiga tahun loh jauh-jauhan nahan rindu"

Aku cemberut menanggapi ucapanmu, ya walaupun ada benarnya sih. Sejak awal berkomitmen kita tahu, jarak adalah musuh terbesar. Dan sebentar lagi kita akan manang, tapi kenapa rasanya menunggu sebentar lagi itu lama sekali.

"Tapi udah gak kuat huhu, nikahnya dicepetin besok bisa gak sih yang?"

Sekali lagi kamu terbahak, aku semakin cemberut melihatnya dari layar telphone.

"Aku juga maunya gitu sih, cuma kan itu bukan soal aku sama kamu aja, tapi soal keluarga kita juga. Sabar ya sayang, nanti kita gak perlu kangen-kangenan lewat video call gini kok, kamu bisa langsung peluk aku kapanpun. Oke sabar sedikit lagi"

Aku hanya menggela nafas, iya benar sih waktu beberapa bulan ini tentu lebih singkat daripada waktu beberapa tahun yang kami lalui

"Iya sayang aku sabar, kamu juga. Ayo buat masa-masa terakhir LDR kita menyenangkan sampek nanti kita menang"

Aku tertawa, pun kamu. Nanti sebentar lagi, kita nikmati tawa bersama-sama tanpa ada ketakutan tentang jarak dan waktu.

Selasa, 03 Desember 2019

Skenario

Dari sekian banyak skenario patah hati yang ada di dunia ini, pura-pura cinta padahal tidak adalah yang terburuk. Jangan karena kasihan maka kau tetap bertahan. Aku tidak semenyedihkan itu. Sakit ? Pasti ! Tapi aku bisa mengobati lukaku sendiri, tak perlu kamu yang setia di sisiku tapi hatimu telah lama pergi.

Minggu, 01 September 2019

Ayo

"Ayo"

Aku hanya memadangmu tak mengerti, "kemana?"

"Hidup bersama-sama"

Hari itu, kamu tak menjanjikanku untuk bahagia selamanya. Tapi asal itu denganmu aku siap untuk melewati apapun dan bagaimanapun jalan di depan sana.

Minggu, 19 Mei 2019

Menyesal - 1

"Bukankah kita bisa belajar, toh selama ini kita baik-baik saja" Irsha, lelaki manis berkacamata itu mendecak frustasi.

"Mau sampai kapan? Toh kita tahu semua ini terasa dipaksakan" Seorang gadis berambut panjang menyahut dengan tak kalah fustasinya.

"Kita sudah mencoba, dan dititik ini aku merasa gagal Sha. Aku tahu hatimu tak pernah untukku, masih ada Julia di dalam hatimu". Agni memandang Irsha dengan wajah tegangnya, dia tahu menyebutkan nama itu merupakan sebuah kesalahan besar. Dia tau semua ini salahnya, walau sebenarnya Irshalah yang begitu tega menjadikan dia sebagai temeng, pelarian untung semua rasa yang masih ditinggalkan mantan kekasih pacarnya itu.

"Agni cukup ! Gak perlu kamu bawa-bawa nama itu, semua gak ada hubungannya sama dia ini tentang kita"

"Gak ada hubungannya kata kamu? Jelas ada ! semua ini gak bisa dipisahin dari dia Sha, karena kamu sama akupun cuma pelarian buat ngelupain dia, dan aku dengan bodohnya masih bertahan padahal aku tau, selamanya aku gak akan pernah bisa jadi pengganti dia buat kamu. Jadi aku mau cukup sampai disini" Agni berusahan keras untuk menahan tangisnya.

"Kamu tau Sha, Julia ninggalin kamu karena kesalahan kamu. Dan kamu bilang dia jahat karena semudah itu dapat pengganti setelah kamu sia-siain padahal dia sebegitu cintanya sama kamu".

"Cukup Ni, ak..."

"Aku belum selesai ngomong Sha, bisa ngga dengerin dulu dan kamu diem", Agni bersusah payah mengendalikan suaranya yang bergetar

"Aku tau ini karma, dulu aku salah satu dari gadis selinganmu. Bagiku denganmu cuma bersenang-senang, padahal aku tahu kamu punya kekasih. Dan kemudian kita selesai, lalu kamu kembali bermain dengan gadis-gadis lainnya. Sampai Julia lelah dan meninggalkanmu, dan kamu mengingatku sebagai salah satu dari kesenanganmu tapi kali ini kamu ingin tetap bersamaku, merubah semua kesenanganmu dan berhenti di aku. Tapi yang sebenarnya kamu tau dan coba mengingkarinya adalah, fungsiku hanya pelarian dari semua bayangan Julia di kepalamu. Dan yang kurasakan setelah 2 tahun ini adalah, aku cinta padamu setengah mati Irsha tapi bukan tugasku menyembuhkanmu dari penyakit yang kamu ciptakan sendiri. Jadi keputusanku aku tetap akan pergi, dan coba obati dirimu sendiri, jangan mencari pembenaran karena semua memang salahmu".
Dengan nafas tertahan Agni berbalik dan meninggalkan Irsha sendiri, membirkan air matanya mengalir. Dia tau cinta itu penuh resiko dan dengan bodohnya di cinta dengan orang yang salah.

⚡⚡⚡

Sudah lebih dari dua jam Irsha diam dalam posisi yang sama, semua perkataan Agni masih terngiang. Dia sadar kalau dia adalah lelaki berengsek, jujur saja dia tidak secinta itu dengan Agni, sayang iya cinta mungkin tapi ya hanya sekadarnya. Tapi dengan Julia dia mencurahkan seluruh perasaanya, ah Julia. Wanita baik hati yang dia sia-siakan, kemudian dia sesali sampai sekarang padahal sudah lewat dua tahun, dan dari kabar terakhir yang dia tahu Julia akan segera menikah dengan lelaki yang sangat beruntung. Andai saja dia sedikit memakai otaknya dan perasaan cinta mati ini hadir saat mereka masih bersama, saat ini mungkin dialah yang akan menikahinya. Tapi bukankan penyesalan memang datang terakhir? Bisa dibilang kisah cintanya dengan Julia sudah tamat tidak akan ada sekuel, kecuali rasa sesalnya yang masih bertumpuk. Sekarang ditambah lagi dia menyakiti wanita baik hati lainnya, apakah bila ia biarkan suatu saat nanti sesal seperti ini akan hadir juga?

⚡⚡⚡

Senin, 10 September 2018

Memperjuangkan kita

"Aku lembur nih, maaf ya sayang"

Aku membaca ulang pesan singkat darimu, aku tak marah walau janji kita malam ini harus batal pun aku tak sedih walau air mataku tetap saja tak bisa berhenti. Yang kurasakan hanya haru.

Terimakasih sudah mau berjuang untuk kita, untuk memantaskan diri didepan ayahku bahwa kau siap untuk menjaga putri sulungnya. Aku tahu kau lelah dan tertekan tapi di depanku selalu saja kau berusaha tertawa dan menikmatinya.

Sayang, mungkin untuk hal satu ini aku tak bisa apa-apa selain selalu menyemangatimu. Kau tau aku ada untuk mendengar semua keluh kesahmu, memelukmu lewat doa-doaku.

Semoga perjuanganmu menjadi perjuangan kita berdua, seperti ketika kau pulang kerja aku ada untuk menyambutmu dengan gembira, semoga. Segera ☺️

Sabtu, 30 Juni 2018

Hilang

Aku tak bisa melepaskan pandangan dari pria bermata coklat itu, seperti ada magnet yang selalu menarik kedua mataku untuk menatapnya lagi dan lagi. Bahkan ditengah keriuhan ini, aku seperti tak bisa mendengar apapun semua perhatianku terkunci padanya.

"Jadi bagaimana nak Zena? Mama meyerahkan semua keputusan pada nak Zena, apakah lamaran dari nak Dirga dan keluarga diterima?"

Aku tersentak oleh tepukan kak Gia dipundakku, seketika kesadaranku pulih. Saat ini sedang berlangsung acara lamaranku dan aku malah memandang dia dengan terang-terangan didepan semua orang. Astaga Zena apa yang kau pikirkan.

"Iya nak Zena bagaimana? Wah ini yang degdegan bukan cuma nak Dirga ya tapi kita semua juga ikut merasa panas dingin menanti jawabannya"

Aku sudah dapat menguasai situasi ketika om Angga yang berlaku sebagai pembawa acara menggodaku.

"Bila mama merestui Zena menerima lamaran Dirga dengan segala kekurangan yang ada pada diri Zena"

Dengan sedikit terbata akhirnya kalimat itu bisa meluncur juga dari bibirku, seketika semua orang seperti bernafas lega. Ku jatuhkan padanganku pada Dirga, lelaki yang sebentar lagi akan menyematkan cincin pada jari manisku sebagai pengikat sebelum kami melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Ada senyum puas yang disana, dan aku hanya bisa menarik nafas panjang sebelum kemudia berdiri karena prosesi tukar cincin akan segera dilakukan.

💫💫💫

Ku peluk mama yang sudah berkaca-kaca, pasti rasanya berat melepas putri bungsunya untuk menikah. Seumur hidupku tak pernah seharipun aku berjauhan dengan mama, kecuali saat ada tugas keluar kota.

"Tak pernah seharipun mama tidak berdoa untuk kebahagiaanmu nak, semoga ini memang yang terbaik untukmu"

Sudah, tak bisa lagi aku bendung air mataku, dipelukan mama aku terisak. Hampir sama seperti beberapa malam yang lalu ku tumpahkan semua air mata yang ku punya, namun bedanya saat itu bukan mama yang mendekepku erat.

"Udah dong Zen jangan nangis gini, makeupnya luntur nanti belum foto loh. Yuk Dirga udah disana nih nungguin kamu buat foto".

Kak Gia muncul sambil menyodorkan selembar tisu padaku, sengan hati-hati ku seka air mataku sebisa mungkin tak merusak riasan pada wajahku. Aku berusaha berkonsultasi pada langkah kakiku dan tanganku yang terus dituntun kak Gia, walaupun pandanganku masih terus mencari mata coklat yang selalu meneduhkan itu.

"Ah itu dia disana".

Kurasa hatiku menggumam sendiri, saat tatapan kami bertemu, lelaki itu tersenyum sendu.

"Udah deh dari tadi ya kakak liat kalian nih tatap-tatapan aja, nanti kalo udah nikah bisa kalian plotot-plototan seharian itu"

Seketika semua orang tertawa, tak terkecuali kamu lelaki bermata coklat kesayangan Dirga Sanjaya Putra calon suamiku.

"Jadi gimana? Apa kamu mau ngikutin saran kak Gia buat plotot-plototan seharian?"

Tawa Dirga berderai mau tak mau aku ikut tertawa.

"Zen aku gak bisa janjiin macem-macem, tapi yang pasti aku gak akan pernah ninggalin kamu seperti papa kamu"

Iya, akhirnya setelah 6 tahun kami berpacaran dan ribuan kali Dirga memintaku untuk jadi istrinya, tiga bulan lalu akhirnya aku menjawab iya. Setelah dia berusaha keras membantuku untuk lepas dari trauma ditinggalkan. Bahkan beberapa hari lalu aku  masih terbelenggu oleh ketakutan terbesarku itu. Tapi tatapannya selalu meyakinkan aku, bahwa dalam matanya hanya ada cinta untukku.

"Mungkin menikah bukan lagi momok menakutkan, bila itu denganmu".

Ku lemparkan senyum ke kamera, ku lirik Dirga yang juga tersenyum ke arah yang sama setelah mendengar ucapanku.

💫💫💫

Jumat, 25 Mei 2018

Ketika Kau Jauh

Aku benci saat kita menjadi jauh, ketika tak kudapati panggilan sayang dari bibirmu atau tak ada lagi sorot hangat dari matamu, seketika aku terluka.

Maaf untuk menjadi manja berkali-kali, yang selalu saja ingin kau mengerti. Tak mengapa bila memang merasa lelah tapi tolong jangan jengah.

Ada banyak rindu ketika bayangmu terasa sendu, rasanya ingin ku hujami kau dengan pelukan yang bertubi-tubi namun apa daya semesta membatasi.

Aku hanya ingin kau kembali menjadi dekat, dengan lengan membentang untuk aku pulang.